TALENTANEWS.COM - JAKARTA
Pemberantasan aksi terorisme bukan sesuatu yang mudah. Program-program
deradikalisasi yang bersifat preventif pun perlu diintensifkan sekaligus
diekstensifkan, dengan melibatkan multi-stakeholders. Seminar
yang diadakan Forum Masyarakat Katolik Indonesia - Keuskupan Agung Jakarta (FMKI-KAJ) dengan
tema "Radikalisme vs Deradikalisme" di Pulomas Jakarta, Sabtu (26/10).
Handoyo Budhisejati mengatakan, seminar ini diadakan dengan sebuah
harapan agar banyak pihak bisa terlibat dalam penanganan terorisme ini.
Menurutnya, ini tak hanya tanggungjawab aparat penegak hukum, melainkan segenap
elemen Masyarakat.
"Sulit untuk membayangkan bahwa persoalan ini hanya
persoalan para penegak hukum. Dengan peran dan fungsinya masing-masing, elemen
gerakan sosial perlu juga memberi sumbangsih dalam persoalan terorisme dan
deradikalisasi ini," ujar Handoyo.
Lebih lanjut Handoyo menyatakan elemen
masyarakat dapat menggunakan pendekatan pendidikan dan kebudayaan. Upaya-upaya
ini perlu didorong guna mengurangi potensi radikalisasi, terutama di kalangan
generasi muda.
Pembicara dalam seminar ini, antara lain: Adrianus Meliala,
kriminolog Universitas Indonesia dan Komisioner Kompolnas; Deputy I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Agus Surya Bakti; Direktur International Crisis Group, Sidney Jones
dan Ketua Umum PIKI Cornelius Ronowijoyo. Handoyo Budhisejati sebagai moderator.Sementara itu, Ketua Umum FMKI-KAJ Veronica Wiwiek S.P. Sulistyo mendorong masyarakat agar lebih peduli pada isu ini. "Peran pendidikan dalam keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan menjadi penting di sini," ujar Veronica.
Ia menambahkan,
masyarakat di elemen terkecil yaitu keluarga dapat memulainya dengan pendidikan
budi pekerti yang baik di rumah. Diharapkan dengan demikian, bibit-bibit
radikalisme bisa dimatikan sebelum berkembang. Demikian juga dengan lembaga
pendidikan.
No comments:
Post a Comment